Mengenai Saya

Foto saya
Pengagum kupu-kupu. Mencoba menuliskan dunianya dalam bingkai cerita.

Minggu, 27 Maret 2011

Demam Rindu

Wajah membeku, lidahku kelu. Entah kenapa tiba-tiba kau menyerangku saat aku sedikit mengingatmu. Dengan rasa yang sedemikian cepat menggelora. Memenuhi ruang dada. Menjalar cepat ke titik sukma. Mendesir aliran dalam raga. Lalu membuat aku demam; panas dan dingin. Tak berdaya. Hanya karena rindu ini kepadamu.

Mata menghampa. Tatapan kosong tersirat pada bisu dinding kamar. Bayangan khayalan berdesakan, berebutan, untuk mengatakan kenyataan. Bahwa berhari ini pikiranku tak juga pulang. Ia mengembara, mencoba menapak jejak langkahmu, menebak alur rindumu, juga menerka rasa yang bersarang, yang mungkin akan kau ungkapkan ketika aku datang.

Rindu ini senyata semakin menggebu. Seperti gulungan mendung  yang menggantung di atap langit sore jumat itu. Kuresapi, anak air pun tak kuasa menanggung rindu untuk bertemu ibunda di samudra. Mengudara. Lalu aku tersenyum. Malu. Membayangkan wajahmu. Akankah rindumu juga seperti itu?

Entah bagaimana rindu ini berhasil mendamaikan jarak. Tiga ratus lima puluh kilo bukanlah bentangan yang dekat. Kau seakan menyemangatiku di setiap gerak, seolah mengatakan; bahwasanya bumi ini terlalu sayang bila tak  kau maknai. Di setiap liuk pinggul pegunungan yang menjulang, di hembusan nafas kesegaran lautan nan lapang, di jemari pohon kian tinggi, di sepanjang sentuhan telapak aspal yang menghitam terbasuh sucinya hujan. Aku dapati, rindu tersenyum sipu ketika berceloteh tentang ini.

Katakanlah padaku kalau rindu ini benar mengelabui waktu. Tujuh jam duduk bersamamu. Mendengar ceritamu dari desahan angin malam. Melihat binar terang dari sorot mata yang kau tampakkan pada lampu penerang sepanjang jalan. Juga kejahilan tanganmu yang melempariku dengan hujan. Lalu kau terkikik, melihat wajahku ketakutan mendengar candamu dengan gelegar halilintar.

Ah, kau membuatku semakin merindumu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar