Mengenai Saya

Foto saya
Pengagum kupu-kupu. Mencoba menuliskan dunianya dalam bingkai cerita.

Minggu, 27 Maret 2011

Re : Surat untuk Kawan Kost-ku

                Apa kabar kawan sekost dan sekamarku. Gimana tidurmu malam tadi? Nyenyak ataukah penuh dengan bentol. Hehe. Maaf, aku tak bisa membalas suratmu kemarin karena engkau tahu aku tak bisa membaca apalagi menulis. Jadi ini anggap saja suara hati. Oke.

                Jika engkau bertanya apa aku punya hati, emm maksudnya sebesar apa hatiku kalau badanku sekecil ini. Janganlah terlalu gusar memikirannya ya. Anggap saja hati itu mewakili perasaanku ini. Perasaan yang kecil bahkan mungkin tersingkirkan dan mudah terlupakan.

                 Tentang perkara sentuhan kulit dan muhrim itu, aku tersenyum. Kenapa kawan? Apa engkau tahu, aku ini jantan ataukah betina? Hmm, lupakan saja ^^  Memang di bangsamu berlaku seperti itu yah. Tetapi penyebab aku menyentuh kulitmu bukanlah perkara seperti itu. Mungkin ini sulit di terima olehmu, tapi akan kujelaskan.

                Kawan, engkau memang cinta matiku. Teramat cinta. Bahkan aku telah ditakdirkan tak bisa hidup tanpa menyentuh kulitmu, maksudnya aku tak bisa bertahan hidup tanpa meminum darahmu. Hal yang sebenarnya beresiko, mendekati dirimu yang selaksa raksasa di mataku. Berkali-kali aku melihat kawanku mati menjadi gepeng hanya untuk menjalani takdir ini. Aku tak tega. Demi perut, nyawa kami jadi taruhannya. Darah yang berceceran di lantai bekas tepukanmu. Sebagian menemui ajalnya ketika sedang asyik menikmati setitik darahmu. Kalau kamu menjadi aku, apa yang akan kamu lakukan? Dendam? Menyerangmu beramai-ramai. Ah, tapi bangsaku tak seperti itu.

                Inilah yang disebut takdir, Kawan. Aku harus tunduk padaNya. Kenapa aku harus meminum darah manusia untuk kelangsungan hidup? Mengapa tak minum air saja? Aku hanyalah makluk kecil tanpa daya. Tapi aku bersyukur, setelah kematianku aku tak bertanggung jawab atas semua perbuatanku, termasuk menyakiti dan mencuri darahmu.

                Tentu kamu sudah tahu, Kawan. Bangsa kami dibekali bentangan sayap untuk terbang dan mudah hinggap mencari makan, tetapi kami tak dibekali dengan akal, hanya indra untuk menangkap rangsangan. Begitu kami lapar dan melihat ada puluhan liter darah yang terbungkus kulitmu. Otak kami tak bekerja sebagaimana otak bangsamu, Kawan. Data yang kami peroleh, kami telan mentah-mentah. Langsung bereaksi. Tak peduli saat engkau masih terjaga atau terlelap, kami tetap nekat mencurinya. Itulah kenapa, sejak dari dulu peradapan bangsa kami tak bisa berkembang, misalnya menciptakan alternatif makanan baru pengganti darah manusia. Jadi, jangan salahkan kami ya.

                Jadi, intinya aku dan kawan-kawan tak bisa berdamai denganmu. Maaf, ini bukanlah perkara benci atau dendam karena engkau telah mengambil puluhan nyawa kawanku. Sekali lagi, ini adalah sebentuk kepatuhanku menjalani takdirNya. Aku tak bisa berbuat lebih dari ini.

                Terima kasih, engkau telah mengijinkan aku menginap dalam kamarmu yang hangat. Meski setiap malam engkau menyalakan spiral berasap itu untuk membuat aku tersedak dan menahan nafasku agar aku cepat menyingkir dari kamarmu.

                Terima kasih engkau telah menulis surat untukku, sebagai ungkapan hatimu padaku. Meski aku tak bisa membaca dan menulis. Aku jadi tersanjung, ada yang perhatian padaku ^^

                Terima kasih juga, engkau mau menyediakan waktu mengetikkan suara hatiku ini. Padahal yang kau dengar hanya suara dengungan di telingamu. Apalagi engkau menuliskan kata cinta mati dariku. Berarti kita tak terpisahkan ya. I LOVE YOU FULL. Hahaha.

                Terima kasih engkau tidak menganggap aku hanya makluk pengganggu yang kerjaannya membuat tidurmu tak nyaman. Membangunkanmu untuk bergadang.

                Oke!

                Sesuai dengan pesanku, bila kawan-kawanmu membaca suara hati ini berarti aku sudah tiada. Salam cinta (mati) dari kawan-kawanku untuk kawan-kawanmu. Sampaikan yah.


                Kamar Kita, 21 Januari 2011

                Dari nyamuk imut :) yang merindukan tamparanmu sekali lagi. Plak!! Duh, sakit pipiku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar