Mengenai Saya

Foto saya
Pengagum kupu-kupu. Mencoba menuliskan dunianya dalam bingkai cerita.

Minggu, 27 Maret 2011

Surat untuk Kawan Kostan-ku

               Apa kabarmu, Kawan? Ada di mana sekarang. Kok pagi ini tak kelihatan. Ah, pasti lelah ya setelah terbang semalam. Sayapmu pasti kendur hingga butuh direbahkan. Matamu sayu dan harus ditutup. Begitu juga tubuhmu, butuh tidur. Maaf, semalam tadi aku tak bisa ikut menemanimu bergadang. Semoga kamu mengerti, Kawan.
                Sebenarnya aku menulis surat ini untuk mengungkapkan sesuatu padamu. Maksudnya? Kamu pasti bertanya seperti ini. Setiap malam kamu terjaga dan mengajakku bergadang. Kamu tahu, aku lelah sehabis bekerja. Tubuhku tak kuat menahan ngantuk. Apalagi esoknya mataku harus terbuka karena bekerja. Hmm, begini saja. Kamu ajak orang lain saja ya. Gimana? Kenapa? Nggak mau. Haha. Repot juga sih kalo begitu.

                Mungkin kamu udah kadung pada aku ya, hingga tak mau melepaskanku. Ah, jatuh cinta itu sulit ditebak. Ia hadir secara tiba-tiba. Lewat pandangan pertama, kata orang-orang. Namun kamu berbeda. Kamu mencintaiku pada sentuhan pertama. Kulitku yang sedikit gelap rupanya tak menghalangi kamu untuk menaruh hati di sana. Kemudian kamu sering menyentuh kulitku dengan lembut hingga aku tak merasakannya. Ingin kuberitahukan padamu kawan. Sebenarnya aku agak risih juga. Kenapa? Jangan kamu tanya begitu. Kamu pasti memahami prinsipku. Kita kan bukan muhrimnya. Jadi nggak boleh bersentuhan. Hehe. Jangan manyun gitu dong.

                Bagaimana kalo kita putus, mulai sekarang. Ah, pasti kamu bergumam ini adalah pernyataan bodoh dariku. Memang aku tak bisa berharap jauh bahwa kamu akan melepaskanku sesudah teramat dalam mencintaiku. Mungkin aku adalah cinta matimu (halah), kamu pasti mengangguk dengan senyuman secerah mawar merekah. Duh, jadi puitis gini jadinya.

                Aku merasa ini yang terbaik untuk kita. Aku merasa ini sudah menjadi suratan takdir yang harus dijalani. Aku memutuskan bukan karena benci kepadamu. Aku cuma ingin mengakhiri sentuhanmu itu. Kuberitahukan kepadamu, Kawan. Kita selamanya memang tidak bisa bersama apapun alasannya. Maaf ya.

                Aku tahu, kamu pasti marah padaku. Setelah sekian lama bersama, teganya aku menyatakan ungkapan yang kamu benci ini. Seakan aku tak memahami perasaanmu yang sensitif itu. Seakan aku tak menghargai seberapa lama kebersamaan yang kita jalani. Kala aku sendiri, kamu setia menemani. Saat aku dilanda sepi, kamu menghiburku dengan candamu.

                Tak ada yang salah bila NANTI kamu semakin bertindak nekat kepadaku, aku mengerti resiko ini. Bayanganku, sentuhanmu tak akan lembut seperti dulu. Mungkin akan berubah menjadi gigitan yang menyakitkan diriku. Membuat aku kesal, ingin menampar mukamu. Sementara kamu puas tertawa atas penghianatan pertemanan ini. Kamu tak lagi menyanyikan tembang merdu di cuping telingaku, melainkan teriakan caci yang membuat aku semakin kesal kepadamu. Membuat aku uring-uringan dan balik memakimu.

                Baiklah. Bila nanti itu terjadi, bolehkah aku menghapus luka dihatimu. Meminta maaf atas segala kelakuan kasarku. Kita berdamai. Kita berjanji tak saling menyakiti lagi. Kita tak boleh membenci lagi. Aku iklaskan jika memang kita harus tinggal seatap-sekostan. Meskipun kamu memilih berdiam diri, aku pun mengerti. Apa? Kamu tak mau memaafkanku. Ya, sudahlah bila itu maumu.

                Terpenting aku sudah mengungkapkan isi hatiku ini.

                Haha. Maaf, ternyata aku lupa bahwa kamu tak bisa membaca juga menulis. Sudahlah Kawan, istirahatlah dulu. Nanti malam kamu terjaga dan aku kembali terlelap. Namun, kumohon jangan ajak aku tuk bergadang lagi ya. Satu permintaanku tiap malam kepadamu. Oke!




                Kamar Kita, 18 Januari 2011.

                Untuk kawan sekamarku, nyamuk imut :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar