Mengenai Saya

Foto saya
Pengagum kupu-kupu. Mencoba menuliskan dunianya dalam bingkai cerita.

Minggu, 27 Maret 2011

Surat Untuk Sahabatku, Merapi

                Apa kabar, Sahabat? Bagaimana keadaanmu. Baikah kamu disana. Atau sedang sakit flu seperti yang kualami sekarang. Katanya ingus merahmu juga mulai mencair mengalir. Bagaimana juga kabar saudara dekatmu, Merbabu. Sama tinggikah kalian sekarang. Pernahkah kamu tanya obat padanya jika gejala pilek meradang. Ah, kamu masih seperti dulu. Pasti kebanyakan merokok hingga tak kunjung sembuh. Berhenti ya. Jaga kesehatanmu.

                Sahabat, jaman sekarang sudah berubah. Rentang jarak bisa disingkat. Jauh serasa dekat. Sebenarnya tak perlu juga kukirimkan surat ini via pos, cukup ke emailmu saja. Itu lho yang lewat jaringan internet.

Oh ya, berapa nomer hapemu. Atau akun facebook-mu. Boleh juga twitter-mu. Nanti biar aku save, add dan twit. Paling tidak aku tak harus berkirim surat padamu. Cukup meng-sms-mu atau melihat statusmu. Siaga, waspada, atau tenang-tenang saja. Ah, lupakan.

Sahabatku, di media kini kamu jadi terkenal. Hampir setiap paruh waktu berita tentangmu gencar memenuhi kotak dan halaman. Menjadi breaking news. Wajahmu tersorot. Kepulan asap rokokmu. Pilek yang semakin menjadi. Suara batukmu yang terdengar hingga radius beberapa kilo.

                Maaf, seminggu yang lalu aku baru bisa menengokmu. Ternyata penyakitmu tambah parah. Badanmu kian panas. Demam tinggi. Hingga endusan panas dari hidungmu mampu memanggang ternak yang dibiarkan, juga menghanguskan rumah yang ditinggalkan.

                Perlukah kupanggilkan seorang dokter? Ah, mereka ternyata sibuk sekali, Sobat. Memeriksa kondisi kesehatan para pengungsi yang ketakutan setengah mati. Mengobati derita korban yang melepuh kulitnya tersinggung dengus panas hidungmu. Juga merawat pasien yang trauma melihat kondisi kesehatanmu yang kian memburuk.

                Kenapa? Jangan marah ya. Jika mereka meninggalkanmu disaat kamu menderita sakit seperti ini. Percayalah! Mereka juga mendoakanmu agar cepat sembuh. Lihatlah tulus yang mengalir dari bening matanya. Getar bibirnya yang mengucap agung asmaNya. Pengharapan yang tertaut di wajah piasnya. Semuanya, Sobat. Mereka peduli padamu.

                Ah, kamu jangan cengeng begitu. Hapus air matamu. Redakan gemuruh di dadamu. Semakin kamu menangis, semakin sesak pula nafas mereka yang mendoakanmu karena hujan abumu. Tersenyum saja ya. Nah, gitu.

Sebenarnya aku rindu, teramat rindu padamu. Rindu akan kesembuhanmu. Seperti dulu. Dimasa itu.

Sobat, aku mau bercerita. Tentang masa kecilku dulu, juga tentangmu, antara kita. Dengarkan ya.

Dulu, pagi ketika aku berangkat sekolah, selalu aku melihat teduh wajahmu dari balik hijau dusunku. Biru, sebiru langit cerah tanpa awan. Gagah tubuhmu terpancar dari kejauhan. Elok begitu rupa diterpa mentari pagi. Aku kagum. Terpana dengan sosok tenangmu yang berwibawa. Dalam peluk tubuhmu yang besar, pasti didapati kedamaian disana. Bahkan dalam tidur pulasmu, ada ketenangan yang meraja.

Sobat, itu dulu. Setelah itu kamu gemar akan kebiasaanmu, merokok. Meski hanya terkadang, namun sekarang bisa kamu tahu efeknya kan. Bertahun-tahun lamanya. Kumohon kini, ini demi kebaikan kita. Hentikanlah sekarang juga. Mau kan, please…

Oh, sebenarnya kamu tak ingin seperti ini juga ya. Aku tahu hatimu begitu peka. Tak ingin kamu melihat penderitaan di bawah sana. Dalam barak pengungsi, dalam ketakutan yang menggigil. Tangis yang pecah kerena kehilangan saudara dan hartanya. Obat-obatan yang dibutuhkan. Wajah melas yang berharap pertolongan. Kebutuhan papan, sandang, dan pangan yang kurang dari kecukupan. Anak-anak yang tak bisa belajar mengenyam pendidikan. Masa depan semuanya terlihat suram. Kelabu tak menentu.

Ah, kamu jangan ikut bersedih. Lihatlah, akan ada dari saudara kita yang membantu sesama. Meluangkan pikiran, waktu, dan tenaga untuk saudara yang ditempa derita. Lewat doa dan harta. Semangat kepedulian mereka, saksikan!

Sekarang istirahatlah dulu ya. Matikan nyala rokok ditanganmu. Berbaring dan tidurlah. Semoga mimpi indah.

Sekian dulu surat rinduku. Semoga kamu lekas sembuh. Jaga kesehatanmu. Peluk hangat dan dekap erat, Sahabatmu.


*Kota Udang, o6 Nov 2o1o.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar