Mengenai Saya

Foto saya
Pengagum kupu-kupu. Mencoba menuliskan dunianya dalam bingkai cerita.

Minggu, 27 Maret 2011

Semestinya Kau Bahagia

Siang telah mengamit malam. Teduh cahaya terang mulai tertelan. Bisik dedaunan menelisik ruang. Satu persatu sang bintang melanglang. Dan awan menyapa rembulan. Takjub. Seketika bumi kembali lelap. Dimana mata-mata telah tertutup rapat. Pintu-pintu terkunci rapi. Dan anak mata gemulai bermimpi.

Di batas kota, di ujung desa. Temaram lampu masih menjelang. Sebuah kamar yang beradu dengan dingin angin, dicandai tiga sosok yang masih terjaga. Aku, kamu, dan dia.

Sehangat kopi masih mengepulkan aroma khas. Suara dan rupa dalam lawakan si sunda bule dan si gagap menyelingi tawa dalam kebersamaan kami. Memang penat telah terlupa, sejenak gundah juga merana entah kemana. Dan tepian jeda menemui. Jari telunjuk lihai menapaki tampilan layar. Hingga akhirnya, berpasang mata tertuju pada sosok disana.

Wajahnya bukan penggoda, suaranya tak laksana biduan yang melenakan, tampilan begitu ramah dimata. Siapakah dia?

Ah, maaf membuat Anda bertanya-tanya. Dia adalah seorang ustadz yang sedang bertausyah. Sesaat kami seperti menyelam dalam renungan. Ternyata, tiada terasa bahwasanya hati ini telah kering, hingga sepercik air terasa menyejukkan. Dan kerontangnya jiwa begitu mudah diterka.

Tik,tok,tik,tok. Jarum jam berdecak. Awan bergerak berarak. Malam semakin meninggi. Juga gairah angin yang tiada berhenti meliputi. Bersatulah pendengaran dan hati kami dalam senggang obrolan ringan, renyah, dan bersahabat.

“Sholat itu ibadah yang mudah dikerjakan namun enggan dilakukan?”

“Katanya sibuk ini itu. Benarkah sedemikian sibuk? Berapa lama waktu yang tertempuh untuk sekedar ngobrol ngalor ngidul seperti ini. Atau berapa jam lekat mata memandangi kotak televisi?

Tiada pembelaan, dirilah yang khilaf. Meninggalkan sholat dengan kesengajaan.

“Islam meliputi yang enam. Iman kepada Allah, rasul, kitab, malaikat, hari akhir, juga takdir. Iman artinya percaya. Percayakan bahwa Allah itu ada? Dan buktinya?”

“Jagat raya tercipta, dunia teratur sempurna, dan rejeki makluk mendapat tempatnya. Semua tak berjalan sendiri. Disana ada campur tangan Yang Maha Kuasa.

“Perhatikan diri kita; mata, telinga, mulut, tangan, kaki, juga anggota tubuh yang lain. Setiap saat kita menikmatinya. Memanfaatkannya. Tapi kita lupa, siapa yang memberikannya. Andai saja satu tercerabut nikmat itu. Renungkan sehari saja, betapa nikmat yang diberikannya sungguh luar biasa. Dan kita hanya diminta bersyukur. Mudah kan?”

“Alhamdulillah. Ah, tak cukup hanya itu. Islam tegak dengan lima perkara. Syahadat, sholat, puasa, zakat, haji. Dan sholat itu salah satu tanda bersyukur.”

Obrolan semakin menghangat. Seolah hati kami yang berbicara. Dan dalam kata cinta yang kau dan dia ucapkan. Menegarkan, seharusnya kita bahagia.

“Sudah dulu ya, takut kesiangan sholat subuh,” begitu katamu.

Bercerailah ikatan erat ini. Menuju peraduan malam. Sejenak kemudian ruangan ini kembali sunyi, ditingkahi temaram lampu sendiri.

Sahabat adalah orang yang mengingatkan dan saling menasehati dalam kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar