Mengenai Saya

Foto saya
Pengagum kupu-kupu. Mencoba menuliskan dunianya dalam bingkai cerita.

Minggu, 27 Maret 2011

Surat Kasih Untukmu, Flu

                Hai Flu, gimana kabarmu? Moga sehat selalu. Kapan terakhir kamu berkunjung padaku? Hampir semusim berlalu. Sudah rindukah kamu? Kalau boleh tahu, seberapa dalam rindu yang kamu pendam untukku? Ah, kamu masih seperti dulu. Diam membisu. Menjawab sendiriku dalam sepiku.

                Istirahatlah sejenak dalam badanku. Rebahkan sendi-sendi yang meleraikan lelahmu. Bagaimana tadi perjalananmu di kereta angin. Menyenangkankah? Inginku ikut menjadi kawan berceritamu. Setidaknya mengurangi jemu menunggu. Tetapi lain kali saja ya. Oh ya, mandilah dulu. Ambillah handuk di hidungku. Sesudah itu berbaringlah di tenggorokanku.

                Maaf, mungkin aku tuan rumah yang pelit. Hanya memberikan ruang yang sempit. Berhimpit dengan debu dan kotor. Sejuk di ruangan yang sedikit. Hingga memaksamu keluar meleleh melorot menyentuh bibirku.

Jangan marah ya, bila kukatakan sesuatu. Janji!

Sejujurnya aku tak merindukanmu. Tidak pula ingin kamu bertamu meski sejenak saja. Ups, jangan tersinggung. Tahan tanganmu. Hempaskan nafas beratmu. Oke. Sudah?

Ada sesuatu kenapa aku harus menyurat untukmu. Meski terkadang aku membencimu. Tak tahu kenapa. Tapi hadirmu malam ini. Punya arti sendiri bagiku. Langkahmu terasa menguatkanku, bahwa sebenarnya aku ini teramat lemah. Lemah tubuh yang kau pinta, mengingatkanku kepada siapa aku punya. Ketidakberdayaan diriku, kamu mengabarkan bahwa hanya Ia tempat segala bergantung sesuatu.

Aku tahu kamu sayang padaku. Teramat cinta. Tak ingin pula kamu kehilangan diriku. Tapi ketahuilah, Flu. Cintailah apa yang kamu punya karena apa yang kamu cinta belum tentu kamu punya.**

                Flu, bila engkau sudi, bolehlah agak lama mampir di rumahku ini. Hmm, apa? Oh, maafkan minuman yang aku sajikan tadi. Tak bermaksud aku meracunimu. Tak pula aku berniat mengusirmu. Tenang, biar aku jelaskan. Itu tadi hanya sebentuk pilihan takdirku. Tentu juga kamu memahami.

                Bila saat kepergianmu tiba. Bolehkah aku merindukanmu untuk sebuah masa?

                “Hatchii…” jawabmu.

                Baiklah, “Alhamdulillah.”

                *error..error..error..mode on :P

                **makasih mas khanif untuk ungkapan yang pernah kupinta

                ***Ruang Cahaya, o4 Nov 2o10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar